Siapa bilang pria tidak punya payudara sehingga ia tidak bisa terkena kanker payudara? Faktanya, pria dan wanita sama-sama memiliki risiko untuk menderita kanker ini karena keduanya sama-sama memiliki jaringan payudara. Yang membedakannya adalah wanita memiliki hormon yang dapat merangsang jaringan payudara tersebut untuk berkembang dan membesar, sementara tubuh pria normalnya tidak memproduksi hormon tersebut dalam jumlah banyak sehingga jaringan payudara mereka tetap rata dan kecil. Walaupun begitu, beberapa kali kita mungkin menjumpai pria dengan payudara yang berukuran sedang atau bahkan besar. Biasanya hal ini hanya disebabkan oleh timbunan lemak.
Namun, kadang-kadang pria juga dapat mengalami perkembangan kelenjar payudara yang nyata karena mereka mengkonsumsi obat-obatan tertentu atau memiliki kadar hormon yang abnormal. Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Namun, walaupun jarang dan sedikit sekali, kanker ini ternyata juga dapat menyerang kaum pria. Kurang dari 1% dari semua insiden kanker payudara dapat mengenai pria. Insiden kanker payudara terbanyak adalah mengenai bangsa Afrika-Amerika dan Yahudi. Pada tahun 2010, The American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat sekitar 1.970 kasus baru kanker payudara pada pria dan kanker tersebut akan menyebabkan sekitar 390 kematian pada pria (sebagai perbandingan, hampir 40.000 wanita meninggal akibat kanker payudara setiap tahun). Apa yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara pada pria? Faktor risiko kanker payudara pada pria ini berhubungan dengan peningkatan usia (biasanya menyerang pria tua dengan puncaknya pada usia 60 tahunan serta jarang menyerang pria muda), paparan radiasi (misalnya, sebelumnya pria telah menjalani terapi radiasi untuk mengobati keganasan di area dada), dan faktor-faktor yang berkaitan dengan ketidakseimbangan estrogen dan androgen yang abnormal dimana terjadi peningkatan jumlah estrogen dalam jumlah besar, seperti terapi estrogen, penyakit-penyakit testikular, infertilitas, obesitas, dan sirosis hati. Pada 20% pria, kanker payudara diawali oleh kondisi ginekomastia, yaitu kondisi dimana payudara pria membesar sacara abnormal sebagai respon terhadap peningkatan kadar estrogen. Faktor risiko yang berkaitan dengan genetik meliputi sindroma Klinefelter (XXY), mutasi gen, sindroma feminisasi testikular. Pria yang menderita kanker payudara sebagian besar akan mengeluh adanya benjolan pada payudara. Benjolan tersebut biasanya teraba keras dan tidak nyeri. Kanker ini juga bisa menyebabkan perubahan kulit di daerah puting susu. Perubahan ini termasuk retraksi/penarikan puting susu, ulserasi kulit, perdarahan dan keluarnya cairan dari puting susu. Keadaan ini harus dibedakan dengan ginekomastia, karsinoma payudara primer, penyebaran kanker dari tempat lain ke payudara, dan abses/infeksi payudara. Penderita juga mengeluh adanya nyeri lokal dan pembesaran kelenjar getah bening ketiak. Kanker payudara yang telah menyebar ke tulang dapat memberikan gejala nyeri tulang. Kanker payudara yang telah lanjut juga bisa menghasilkan gejala khas kanker, seperti kelemahan dan penurunan berat badan. Evaluasi terhadap kanker payudara dapat dilakukan dengan radiologi melalui pencitraan payudara serta penegakan diagnosis dilakukan melalui biopsi. Keganasan kanker payudara pada pria sebenarnya hampir sama dengan wanita namun kondisi yang dialami pria seringkali lebih buruk karena keterlambatan diagnosis, dimana pada waktu didiagnosis kanker payudara telah berada pada stadium lanjut (stadium III atau IV). Penentuan tingkat keganasan ini bergantung dari keterlibatan kelenjar getah bening, ukuran tumor, stadium histologi, dan status hormonal penderita. Pengobatan kanker payudara pada pria bergantung pada stadium dan perluasan tumor ke area sekitarnya. Pilihan pengobatannya sama dengan wanita. Tumor yang ukurannya kecil dapat diatasi dengan pembedahan (eksisi lokal) dan radiasi atau dengan mastektomi. Metode pembedahan lain yang paling umum dilakukan adalah mastektomi radikal modifikasi, yaitu pengangkatan payudara, lapisan atas otot-otot dada, dan sebagian kelenjar gatah bening ketiak. Metode ini digunakan jika otot depan dada terlibat karena jaringan payudara pria sedikit. Biasanya dikombinasi juga dengan terapi radiasi pasca operasi. Terapi radiasi adjuvan diperlukan pada kasus dimana terdapat risiko yang tinggi untuk terjadi kekambuhan/rekurensi lokal. Kebanyakan kanker payudara pada pria adalah jenis yang sensitif terhadap hormon estrogen. Ini disebut sebagai reseptor estrogen-positif, yang berarti bahwa kanker tumbuh sebagai respon terhadap stimulasi dengan estrogen. Kanker payudara pria dengan reseptor estrogen-positif akan dipertimbangkan diberikan tamoxifen, obat yang akan menghambat aksi dari estrogen terhadap sel-sel kanker. Sementara, kemoterapi sistemik dipertimbangkan bagi pria dengan reseptor estrogen-negatif dan pria yang mengalami kekambuhan setelah terapi tamoxifen, serta pada pria yang berisiko tinggi terjadinya penyebaran kanker ke organ lain.
sumber: http://www.tanyadok.com/penyakit/kanker-payudara-pria
Namun, kadang-kadang pria juga dapat mengalami perkembangan kelenjar payudara yang nyata karena mereka mengkonsumsi obat-obatan tertentu atau memiliki kadar hormon yang abnormal. Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Namun, walaupun jarang dan sedikit sekali, kanker ini ternyata juga dapat menyerang kaum pria. Kurang dari 1% dari semua insiden kanker payudara dapat mengenai pria. Insiden kanker payudara terbanyak adalah mengenai bangsa Afrika-Amerika dan Yahudi. Pada tahun 2010, The American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat sekitar 1.970 kasus baru kanker payudara pada pria dan kanker tersebut akan menyebabkan sekitar 390 kematian pada pria (sebagai perbandingan, hampir 40.000 wanita meninggal akibat kanker payudara setiap tahun). Apa yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara pada pria? Faktor risiko kanker payudara pada pria ini berhubungan dengan peningkatan usia (biasanya menyerang pria tua dengan puncaknya pada usia 60 tahunan serta jarang menyerang pria muda), paparan radiasi (misalnya, sebelumnya pria telah menjalani terapi radiasi untuk mengobati keganasan di area dada), dan faktor-faktor yang berkaitan dengan ketidakseimbangan estrogen dan androgen yang abnormal dimana terjadi peningkatan jumlah estrogen dalam jumlah besar, seperti terapi estrogen, penyakit-penyakit testikular, infertilitas, obesitas, dan sirosis hati. Pada 20% pria, kanker payudara diawali oleh kondisi ginekomastia, yaitu kondisi dimana payudara pria membesar sacara abnormal sebagai respon terhadap peningkatan kadar estrogen. Faktor risiko yang berkaitan dengan genetik meliputi sindroma Klinefelter (XXY), mutasi gen, sindroma feminisasi testikular. Pria yang menderita kanker payudara sebagian besar akan mengeluh adanya benjolan pada payudara. Benjolan tersebut biasanya teraba keras dan tidak nyeri. Kanker ini juga bisa menyebabkan perubahan kulit di daerah puting susu. Perubahan ini termasuk retraksi/penarikan puting susu, ulserasi kulit, perdarahan dan keluarnya cairan dari puting susu. Keadaan ini harus dibedakan dengan ginekomastia, karsinoma payudara primer, penyebaran kanker dari tempat lain ke payudara, dan abses/infeksi payudara. Penderita juga mengeluh adanya nyeri lokal dan pembesaran kelenjar getah bening ketiak. Kanker payudara yang telah menyebar ke tulang dapat memberikan gejala nyeri tulang. Kanker payudara yang telah lanjut juga bisa menghasilkan gejala khas kanker, seperti kelemahan dan penurunan berat badan. Evaluasi terhadap kanker payudara dapat dilakukan dengan radiologi melalui pencitraan payudara serta penegakan diagnosis dilakukan melalui biopsi. Keganasan kanker payudara pada pria sebenarnya hampir sama dengan wanita namun kondisi yang dialami pria seringkali lebih buruk karena keterlambatan diagnosis, dimana pada waktu didiagnosis kanker payudara telah berada pada stadium lanjut (stadium III atau IV). Penentuan tingkat keganasan ini bergantung dari keterlibatan kelenjar getah bening, ukuran tumor, stadium histologi, dan status hormonal penderita. Pengobatan kanker payudara pada pria bergantung pada stadium dan perluasan tumor ke area sekitarnya. Pilihan pengobatannya sama dengan wanita. Tumor yang ukurannya kecil dapat diatasi dengan pembedahan (eksisi lokal) dan radiasi atau dengan mastektomi. Metode pembedahan lain yang paling umum dilakukan adalah mastektomi radikal modifikasi, yaitu pengangkatan payudara, lapisan atas otot-otot dada, dan sebagian kelenjar gatah bening ketiak. Metode ini digunakan jika otot depan dada terlibat karena jaringan payudara pria sedikit. Biasanya dikombinasi juga dengan terapi radiasi pasca operasi. Terapi radiasi adjuvan diperlukan pada kasus dimana terdapat risiko yang tinggi untuk terjadi kekambuhan/rekurensi lokal. Kebanyakan kanker payudara pada pria adalah jenis yang sensitif terhadap hormon estrogen. Ini disebut sebagai reseptor estrogen-positif, yang berarti bahwa kanker tumbuh sebagai respon terhadap stimulasi dengan estrogen. Kanker payudara pria dengan reseptor estrogen-positif akan dipertimbangkan diberikan tamoxifen, obat yang akan menghambat aksi dari estrogen terhadap sel-sel kanker. Sementara, kemoterapi sistemik dipertimbangkan bagi pria dengan reseptor estrogen-negatif dan pria yang mengalami kekambuhan setelah terapi tamoxifen, serta pada pria yang berisiko tinggi terjadinya penyebaran kanker ke organ lain.
sumber: http://www.tanyadok.com/penyakit/kanker-payudara-pria
Comments
Post a Comment