Energi Alternatif, dari Kakus ke Dapur

Deretan kamar mandi dan WC umum itu terletak di ujung gang Petojo Binatu I yang sempit, di pojokan, pinggir Kali Krukut. Untuk warga, fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK) itu tak melulu soal urusan buang hajat, juga kebanggaan yang membuat nama kampung mereka mendunia. Mereka menyebutnya, “MCK ++ Plus Plus”.
Pejabat pemerintah, tokoh tersohor rela datang, demi MCK itu. Bahkan, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton rela jalan kaki menyusuri gang sempit, demi melongoknya, ketika Nyonya Clinton itu melawat ke Indonesia tiga tahun silam.
Apa yang membuatnya begitu istimewa? Rahman, petugas kebersihan di sana menyebut sederet kelebihan: satu-satunya fasilitas MCK di kawasan itu, relatif bersih, ada kompleks Posyandu. Limbah cair dari MCK dibebaskan dari bakteri E.coli, sebelum masuk kali.
Dan yang paling istimewa, ada teknologi biogas digester dan buffled reactor. Limbah tinja yang dihasilkan dari MCK diolah dalam tabung kedap udara dengan tekanan tertentu. Tabung ini ditanam di bawah tanah dengan kedalaman 1,5 meter, dilengkapi sistem kontrol sederhana. Menghasilkan gas metana (CH4).
Biogas dari tabung itu lalu dialirkan melalui paralon yang menempel di dinding posyandu. Ada empat lubang tempat selang kompor dicolokkan. Dari kakus langsung ke dapur. “Bisa langsung dipakai memasak. Kompor terlebih dulu dipancing dengan api,” kata Rahman kepada VIVAnews.com, Rabu 4 April 2012.
Prosesnya mirip kompor gas konvensional, bedanya sebelum api menyala, harap tutup hidung. Sebab, ke luar bau khas kotoran manusia dari kompor. “Tapi begitu api muncul, bau hilang. Biasa saja, nggak bau,” kata dia.
Rahman menjelaskan, butuh setahun menunggu septic tank penuh agar bisa menghasilkan metana. Tapi hanya perlu seminggu sampai warga terbiasa dan mau menggunakan bahan bakar itu. “Awalnya geli, jijik, membayangkan memasak pakai kotoran,” kata Rahman. Namun, setelah tahu manfaatnya, warga pun dengan senang hati memakainya.
Apalagi, terbukti, memasak dengan gas dari MCK lebih cepat matang, baik untuk menggoreng atau merebus air. “Meski air yang direbus sedikit bau, tapi warga sudah biasa,” kata dia.
Keuntungan lain, warga tak perlu merogoh kocek membeli gas, juga bebas dari horor ledakan tabung gas elpiji. Paling banter masalah ada pada paralon pecah, yang bisa diselesaikan dengan lem.
Warga dari empat RT berdekatan dengan lokasi MCK bergantian menggunakan kompor itu, juga ketika ada hajatan.
Rabu sore itu, meski warga hilir mudik bergantian ke toilet, membawa handuk dan peralatan mandi, tak ada satupun warga memasak. Kata Rahman, sudah sebulan bahan bakar alternatif itu dibiarkan menganggur. Alasannya, dua kompor modifikasi yang selama ini digunakan warga rusak. Sedang diservis. “Beberapa warga sempat punya rencana menyalurkan gas ke masing-masing rumah tangga, karena pertimbangan biaya, takut pada iri, akhirnya ditunda.” Kini, warga kembali menggunakan elpiji untuk masak.
Tenaga tinja di Oslo
Jadi jangan remehkan tinja. Jika cerita Petojo belum cukup menggugah, pada Agustus dua tahun lalu, perusahaan energi ramah lingkungan asal Inggris, GENeco mengumumkan gas kotoran manusia sebagai bahan bakar masa depan, pengganti BBM.
Mereka berhasil menjalankan Volkswagen Beetle yang telah dimodifikasi menjadi mobil berbahan bakar gas dari kotoran manusia. Kecepatan dihasilkan sama dengan versi bensin, yakni mampu berjalan 114 mil per jam (183 km per jam) . “Mobil ini dinamai Bio-Bug, dengan kapasitas mesin 2.000 cc,” kata Mohammed Saddiq Head up GENeco, kala itu.
Limbah dari sekitar 70 rumah di Inggris ini cukup menjalankan satu kendaraan dengan jarak sekitar 10 ribu kilometer. Ini adalah jarak tempuh rata-rata kendaraan Inggris selama satu tahun.
Meski sudah menggunakan gas metana, mobil ini masih membutuhkan sedikit bensin menjalankan mesin.  Bensin ini untuk memanaskan mesin. Setelah panas,  otomatis mesin beralih menggunakan biogas. "Jika Anda mengemudikan mobil ini, Anda tidak akan tahu mobil ini memakai bahan bakar kotoran manusia, karena sama seperti mobil konvensional," katanya.
Namun langkah lebih radikal diambil Norwegia, negeri berambisi menetralkan karbonnya pada 2050. Tiga tahun lalu, 2009, mereka mengumumkan telah menggunakan sumber energi melimpah, yang tak ada kaitanya dengan ladang minyak di Arab Saudi, dan terpenting tak memicu pemanasan global. Setiap warga bahkan bisa berkontribusi  menambah jumlah pasokannya, dari septic tank mereka. Ya, kotoran manusia.
"Kota Oslo memiliki visi yang luar biasa sebagai 'kota hijau'. Menjadi kota paling ramah lingkungan di dunia," kata pemimpin proyek, Ole Jacob Johansen seperti dimuat Guardian.  Dua instalasi pengolahan limbah di Oslo mengolah kotoran manusia menjadi biometan – hasil pemurnian biogas. Biometan ini selain lebih sedikit mengandung karbon, prosesnya lebih mudah dan murah.

Gas olahan dari kotoran manusia ini digunakan untuk menjalankan 80 bus kota. Kendaraan yang menggunakan bahan bakar ini hanya butuh sedikit modifikasi.
Tak hanya kotoran manusia, Oslo juga berencana menggunakan biogas dari sampah makanan untuk menggerakkan transportasi publik pada tahun 2013.
Seperti dimuat laman Sustainable Guernsey, kulit pisang, ampas kopi, dan sampah makanan lain akan dijadikan bahan bakar hijau.
Pabrik akan dapat memproses 50.000 ton limbah makanan per tahun, mengubahnya menjadi bahan bakar ramah lingkungan untuk 135 bus kota. Produk sampingannya, pupuk cukup digunakan untuk sekitar 100 peternakan lokal tipe menengah.
Virus sampai jasad manusia
Tak hanya membuat Indonesia bergolak dengan isu kenaikan harga BBM, harga minyak yang tinggi juga membuat Presiden AS, Barack Obama pusing alang kepalang.
Seperti dilansir Reuters, ia pun mengimbau, daripada uang rakyat digunakan memperkaya para juragan minyak dan spekulan, lebih baik mengembangkan teknologi energi bersih terbarukan.
"Investasi di pembangkit tenaga angin, matahari dan biosolar, investasi di mobil dan truk hemat bahan bakar, dan investasi di rumah dan bangunan yang hemat energi. Itulah masa depan. Itulah cara satu-satunya menghentikan siklus tingginya harga BBM yang terjadi dari tahun ke tahun," dia menambahkan.
Sejatinya banyak sumber energi di sekitar kita, yang lama terabaikan.  Gas alam, panas bumi, matahari, biofuel, hingga yang masuk kategori nyeleneh.
Para ilmuwan dari Departemen Pertanian AS mengumumkan, jus semangka dapat menjadi sumber berharga biofuel, karena dapat secara efisien difermentasi menjadi etanol.  Tak perlu khawatir membuat orang tak bisa makan semangka. Yang dibuat etanol adalah buah cacat yang tak laku dijual. Produk pertanian lain adalah bawang merah, cairannya yang membuat mata pedas, bisa membuat petani menangis bahagia mendapat untung dari penjualan metana.
Sementara, ilmuwan Massachusetts Institute of Technology (MIT) bahkan berhasil merekayasa sebuah virus membuat batere ramah lingkungan. Batere ini bisa dipakai untuk memberi tenaga pada perangkat elektronik. “Bahkan mobil hibrida,” kata ilmuwan MIT, Angela Belcher seperti dimuat situs MIT Energi Initiative.
Energi bahkan bisa berasal dari jasad manusia. Warga Kota Halmstead, Swedia memanfaatkan panas dari krematorium yang terbuang sia-sia ke angkasa, untuk menghangatkan tubuh di musim dingin. Mereka memutuskan menyalurkan panas itu ke gedung sekitarnya. Tentu saja, mereka harus mengolahnya terlebih dahulu, sebab udara dari krematorim mengandung bahan berbahaya seperti merkuri dari tambalan gigi.
Langkah serupa juga ditiru di Inggris. Saat Krematorium Durham mengumumkan, panas dihasilkan dari dua turbinnya, yang digunakan saat mengkremasi jenazah, bisa memproduksi listrik, “untuk menghidupkan 1.500 televisi,” demikian dilaporkan Telegraph.
Bagaimana dengan Indonesia, negara kaya sumber energi: matahari yang bersinar sepanjang tahun, angin, panas bumi, tanaman yang tumbuh subur, juga gas alam yang melimpah? Kita masih tergantung pada bahan bakar fosil.
Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Energi, BPPT, Erlan Rosyadi mengatakan, masih banyak persoalan yang dihadapi terkait energi terbarukan. Misalnya, biofuel. “Persoalannya, biofuel tidak hanya untuk bahan bakar saja, para pemainnya mengarah ke minyak goreng, lebih untung. Belum mengarah ke bahan bakar kendaraan,” kata dia kepada VIVAnews.com.
Sementara, energi surya terkendala harga sel surya yang masih tinggi, karena harus impor

Comments